Peneliti dari Agricultural Research Service (ARS) telah mempatenkan teknologi pasteurisasi pada telur dari ancaman keamanan pangan berupa bakteri dan pathogen. Teknologi ini dikembangkan oleh Sudarsan Mukhopadhyay, Peggy Tomasula dan John Luchansky, peneliti dari ARS Eastern Reegional Research Center (ERRC) in Wyndmoor, Pa. Namun begitu USFDA tetap berhati-hati terhadap penggunaan telur mentah, tanpa pasteurisasi atau produk yang mengandung telur mentah didalamnya.
Teknologi pasterurisasi biasanya hanya mematikan patogen yang peka terhadap kalor, namun mikroorganisme yang memiliki resistensi terhadap kalor akan tetap dapat bertahan. Konsumen dapat menghindari penyakit dengan cara lebih berhati-hati dalam mempersiapkan dan memasak telur sebelum dikonsumsi, namun para peneliti menyatakan bahwa teknologi terbaru ini dapat menutup kelemahan pasteurisasi thermal.
Teknologi ini disebut “crossflow microfiltration membrane separation” (CMF), yang mampu mematikan lebih banyak patogen dibandingkan pasterurisasi thermal. Dan tidak menghilangkan sifat telur untuk membusa, mengental, serta sebagai pengemulsi. Artinya telur yang telah melalui metode CMF dapat digunakan untuk mengganti telur hasil pasteurisasi pada kue dan produk lain yang membutuhkan bahan dasar telur.
Pada penelitian awal, CMF mampu mematikan 99.9999 % bakteri salmonella serta spora Bacillus anthracis pada putih telur tanpa pasteurisasi . Penemuan ini merupakan kelanjutan dari penelitian oleh ERRC dengan menggunakan CMF untuk mematikan 99.9999 % spora B. antracis yang disuntikkan pada susu cair. CMF juga mampu melindungi susu dari bakteri serta pathogen dan memperpanjang waktu konsumsi.